Kali ini berat sekali walau sekedar memaafkan

Aku mencoba untuk melupakan dan memaafkan itu semua. Tetapi, tidak semudah yang aku bayangkan. Baru kali aku merasakan kekesalan dan kepedihan yang amat dalam. Aku mengenalnya 10 tahun yang lalu. Semua kondisi pernah kita lewati. Kita dipertemukan dengan sebuah kesamaan. Musik yang telah mempertemukan kita. Aku menyadari bahwa aku bukan yang terbaik untuknya. Tapi konsep persahabatan yang aku pegang adalah “milikku adalah milikmu” Aku rela memberikan apa yang aku punya sekedar untuk berbagi untuknya.” Karena aku berteman bukan dengan logika akan tetapi dengan hati.” Kalaupun dia meminjam barang kesukaanku dan dia menghilangkan tanpa sengaja. Mungkin aku bisa dengan gampang memaafkan dirinya. Tetapi kali ini, Bro. Hati ini pedih, perih, tertusuk dalam dengan sebuah persepsinya untuk diriku.

Hingga, suatu hari aku berangkat menuntut ilmu ke negeri Paman Sam. Aku masih saja teringat kepadanya. Aku sering menelpon sekedar menanyakan kabarnya. Karena aku tidak akan bisa melupakan orang-orang yang telah menaruh “hati persahabatannya” untukku. Telah menaruh perhatiannya untuk diriku. Aku ingat itu. Aku akan ingat selalu bagi siapapun yang berhasil membuat hati ini nyaman. Aku menemukan itu dirinya. Dia menjadi sahabat, walaupun bukan yang terbaik akan tetapi sahabat yang bisa aku jadikan andalan jikalau dunia semua membenciku. Dia setia, begitu aku mengenalnya.

Ketika aku pulang juga persahabatan kita masih berjalan baik-baik saja hingga suatu hari dia merobek hati seorang sahabatnya sendiri dengan sebuah kesimpulan pedis yang seharusnya bisa dilakukan dengan sebuah mediasi positif. Dia berhasil menghakimi dengan mengasumsi aku sebelah pihak. Tanpa mengklarifikasikannya sebelumnya. Menurutku, untuk ukuran persahabatan yang satu windu lebih, permasalahan kecil seharusnya bukan masalah besar. Tetapi, dia membesarkan semua yang kecil. Sehingga aku yang tidak tahu menahu seperti ditusuk dari belakang. Aku seperti menelan pil pahit. Bahkan pahit sekali. Aku kering dengan lontaran ucapannya yang pedih.

Satu hal yang paling aku benci dari sebagian orang adalah mengapa dengan gampangnya menjudge kehidupan seorang tanpa pernah mengikuti episodenya dengan penuh. Kalaupun kalian mengikuti setengah episodenya bukan berarti episode selanjutnya akan persis sama.

Memaafkan bukan suatu hal yang sulit aku lakukan selama ini di kehidupanku. Aku benar-benar bisa memaafkan segala kesalahan. Tetapi, jujur kali ini maaf itu begitu berat untuk seorang sahabat yang telah membesarkanku selama ini. Sahabat yang selalu menyediakan waktunya mendengar keluh kesahku.

Berat Sekali.

One thought on “Kali ini berat sekali walau sekedar memaafkan

  1. Ketika “sesuatu” kita anggap dan kita pikir berat, –mau tdk mau– dia pasti menjadi berat. Tetapi ketika kita mampu meletakkannya di tempat yang semestinya…ternyata hal itu bukanlah apa-apa. Kita hanya perlu melihat dari perspektif yang jarang kita lakukan. God bless you, Bro.

Leave a reply to Haris Faozan Cancel reply