Melihat dunia dari dua sisi

Bergejolak lagi pikiran ini. Ditambah hati ini pun ikut bergemuruh tidak menentu. Semua seolah olah tidak mau berhenti.

Aku manusia. Aku menginginkan sesuatu. Aku merasakannya lagi hari ini ketika keinginanku (menurutku yang paling baik dan bagus) tidak direstui oleh Allah. Kita tahu dan sering mendengar bahwa rencana Allah itu yang terbaik. Tapi bagaimana bisa kita meyakini hati ini segera ketika rencana kita tidak sesuai yang kita inginkan? Siapa yang bisa meyakinkan itu kepada saya sekarang? Mudah bagi sebagian. Tapi tidak mudah bagi yang lain. Dan itu yang saya rasakan sekarang.

Aku sempat berhenti kaku ketika aku tidak masuk ke dalam list wawancara itu. Begitu bodohkah saya? Kurang apalagi coba? Lulusan luar negeri. Dapat beasiswa Fulbright (begitulah egoku penuh dengan kesombongan). Masak iya untuk shortlisted saja tidak masuk? Sempat bertanya, kenapa Allah? Apakah aku harus bersabar lagi?

Allah selalu dengan jalan-Nya sendiri. Manusia sepertiku ini yang hina selalu melihat hanya dengan sisi nafsu. Kita jarang melihat hikmah. Bahkan hampir tidak pernah. The biggest picture of Allah’s plan selalu menjadi plan yang terbaik untuk kita.

Beginilah manusia; penuh dengan dosa, penuh dengan keterburu-buruan. Allah merencanakan sesuatu untuk sesuatu yang lebih besar untuk manusia. Jadi wajar ketika Allah mengajar kita bersabar terlebih dahulu ketika kita menginginkan sesuatu. Yakinlah bahwa setiap keinginan kita selalu di berikan yang sempurna oleh Allah. Bagi kita bisa jadi tujuannya adalah mendapatkan pekerjaan, namun bagi Allah tujuannya agar kita bisa bersabar yang pahalanya adalah surga. Iya the ultimate reward dari kesabaran adalah surga.

Cerita Nabi Yusuf memberikan contoh bahwa cobaan demi cobaan yang Nabi Yusuf rasakan semenjak kecil; mulai dari di telantarkan oleh saudaranya sendiri ditengah hutan. Terkungkung di dalam sumur. Terpasung di dalam penjara. Hidup yang tidak ada manis manisnya sama sekali. Namun rencana Allah dengan segala malapetaka yang di berikan kepada Nabi Yusuf (manusia melihatnya) adalah jalan keluar untuk semua penduduk negeri yaitu menyelematkan sebuah negeri dari kekeringan dan kelaparan selama 7 tahun. Disini kita kembali sadar bahwa Allah Maha Tahu masa depan kita sedangkan kita tidak.

Tidak ada yang bisa mendamaikan hatiku ketika rasa sedih dan kecewa ini terjadi kecuali Allah sendiri karena begitu Allah berjanji. Aku yakin di bulan Ramadhan ini dengan diturunkannya Alquran kepada manusia, menjadikan kita bertambah yakin dan semakin yakin bahwa Allah tidak pernah mengingkari janjinya. Apa janji Allah? Barangsiapa yang hidup dengan petunjuk Allah yaitu Alquran dan Hadist maka dia tidak tersesat di dunia dan di akhirat. Akan selalu bahagia. Akan selalu melewati dengan senyuman dan kesabaran meskipun dunia tidak berpihak sedikitpun kepadanya.

Aku sedang belajar. Iya sedang belajar melihat dunia dengan dua sisi yang berbeda. Sering kali kita melihat dunia ini dengan apa yang kita rasakan dan lihat ini. Namun, kita sering melupakan sesuatu yang “unseen” dari semuanya. Bahwa dunia yang kita lihat sekarang tidak dalam kondisi semestinya. Karena percaya yang ghaib butuh keyakinan dan latihan. Dan dunia ini adalah latihan kita untuk meyakinkan hati lagi bahwa ada sesuatu reward surga di akhirat nanti untuk satu kebaikan dan satu azab neraka untuk satu keburukan.

Ustad Nouman Ali khan menengaskan bahwa diturunkannya Alquran adalah sebagai huddan -petunjuk, bayyinah- memberikan bukti bukti petunjuk dan furqan- membedakan mana yang benar dan salah. Mari kita jadikan momen Ramadhan adalah momen untuk meyakini hati kita lagi akan kebeneran Alquran sebagai miracle untuk kita yang hidup di akhir zaman ini.

—- ramadhan 15,2018. tanpa terasa. waktu terus berjalan. persiapan untuk hari ‘esok’ masih begitu kerdil. kematian semakin dekat—

Leave a comment